Imam Syafi’i: Estafet Cahaya Ilmu Mazhab Sepanjang Masa

RuangSujud.com – Di antara bintang-bintang cemerlang dalam sejarah peradaban Islam, nama Imam Muhammad bin Idris bin ‘Abbas bin ‘Usman bin Syafi’i bin Saaib al-Qurasyi al-Mutthalibi senantiasa menyinari hati umat. Beliau, yang lebih dikenal sebagai Imam Syafi’i, adalah seorang ulama agung, pendiri Mazhab Syafi’i yang pengikutnya tersebar luas hingga ke pelosok dunia, termasuk mayoritas kaum Muslimin di Indonesia. Kehadiran beliau adalah anugerah ilahi, sebuah pemenuhan atas bisyaroh (kabar gembira) dari Rasulullah ï·º sendiri, bahwa akan ada seorang yang alim dari Bangsa Quraisy yang ilmunya akan memenuhi lapisan bumi. Sebuah bukti nyata akan keagungan ilmu dan keturunannya yang mulia, bersambung langsung kepada Nabi ï·º melalui ‘Abdul Manaf.

Kelahiran Imam Syafi’i di Gaza pada tahun 150 Hijriyah, bertepatan dengan malam wafatnya Imam Abu Hanifah, seolah menjadi penanda estafet keilmuan yang tak pernah putus. Sejak usia dua tahun, beliau dan ibunya telah berhijrah ke Makkah, memulai perjalanan hidup yang penuh keberkahan dan keilmuan. Kecerdasan beliau sungguh luar biasa; pada usia sembilan tahun, beliau telah menghafal Al-Qur’an dan kitab hadis monumental, Al-Muwatha’. Keistimewaan ini terus berlanjut ketika di usia dua belas tahun, beliau mulai menimba ilmu dari Muslim bin Khalid, seorang mufti terkemuka di Makkah, hingga pada usia lima belas tahun, guru beliau telah mengizinkannya untuk berfatwa. Sebuah pencapaian yang menggetarkan jiwa, menunjukkan kematangan ilmunya yang jauh melampaui usianya.

Namun, kebesaran Mazhab Syafi’i bukan hanya milik Imam Syafi’i seorang. Ia adalah hasil dari dedikasi dan loyalitas yang luar biasa dari para murid-muridnya yang mulia. Mereka adalah generasi awal yang dengan gigih meriwayatkan, mempelajari, dan mengembangkan ajaran sang guru, membentuk apa yang kita kenal sebagai Mazhab Qodim dan Mazhab Jadid. Nama-nama besar seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Abu Tsur, Al-Za’faroni, Al-Muzani, dan Al-Buwaiti menjadi pilar-pilar penting dalam menyebarkan dan membumikan fiqih Syafi’i. Tanpa peran sentral mereka, sulit bagi kita untuk dapat mengenal dan mempelajari kekayaan ilmu fiqih ini hingga hari ini. Mereka adalah mata rantai emas yang menyambungkan sanad keilmuan kita kepada Imam Syafi’i, dan seterusnya hingga kepada Rasulullah ﷺ.

Estafet keilmuan ini terus berlanjut tanpa henti. Dari abad ke-4 hingga abad ke-8 Hijriyah, ribuan ulama besar muncul sebagai pelanjut dan pengembang Mazhab Syafi’i. Kita mengenal nama-nama seperti Imam Ibnu Suraij, Imam Qoffal Kabir As-Syasyi, Imam Al-Mawardi, Abu Ishaq Al-Syirazi, hingga Imam Al-Haramain dan putranya, Imam Al-Ghazali, yang karyanya menjadi rujukan utama umat Islam. Pada abad ke-7, dua imam besar yang dijuluki Syaikhan Al-Mazhab, Imam Nawawi dan Imam Rofi’i, mengukuhkan dan menyempurnakan fiqih Syafi’i dengan karya-karya monumental yang tak lekang oleh zaman. Mereka semua adalah lentera-lentera ilmu yang menerangi jalan umat, menjaga kemurnian ajaran dan keberlanjutan tradisi keilmuan.

Perjalanan Mazhab Syafi’i terus berlanjut dan berkembang pesat di abad-abad berikutnya. Dari abad ke-8 hingga abad ke-12 Hijriyah, generasi demi generasi ulama mendedikasikan hidupnya untuk mengkaji, mengajar, dan menulis kitab-kitab fiqih Syafi’i yang menjadi rujukan. Nama-nama seperti Taqiyuudin Al-Subki, Imam Al-Isnawi, Imam Al-Zarkasyi, Waliu Al-Iraqi, Syeikh Al-Islam Zakariya Al-Ansori, Ibnu Hajar Al-Haitamy, hingga Imam Burhan Al-Birmawi dan Imam Muhammad Al-Kurdi, menjadi bukti nyata akan vitalitas dan kekayaan madzhab ini. Mereka bukan hanya sekadar pewaris, melainkan juga inovator yang senantiasa menjaga relevansi fiqih di tengah tantangan zaman yang berubah.

Hingga abad ke-13 dan ke-14 Hijriyah, bahkan sampai masa kini, jejak keilmuan ini tak pernah padam. Para ulama penulis kitab-kitab hasyiah (catatan pinggir) yang menjelaskan dan memperkaya kitab-kitab madzhab, seperti Imam Al-Bajuri, Imam Al-Syarqowi, dan Imam Al-Bujairomi, terus berkarya. Di era modern ini pun, para ulama seperti Syeikh Ahmad bin Zaini Dahlan, Syeikh Bakri Syatta, hingga Sayyid Alwi Ahmad Assegaf dan para ulama kontemporer lainnya, tetap istiqamah menjaga obor ilmu Mazhab Syafi’i. Semoga Allah senantiasa meninggikan derajat mereka di surga, memperbesar ganjaran pahala bagi mereka, dan melimpahkan keberkahan, rahasia-rahasia, cahaya, serta ilmu mereka kepada kita semua dalam urusan agama, dunia, dan akhirat. Amin ya rabbal ‘alamin.

Show Comments (0) Hide Comments (0)
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments