RuangSujud.com – Dalam setiap zaman, umat manusia selalu membutuhkan pelita penerang jalan, mercusuar kebenaran yang membimbing jiwa menuju Ridha Ilahi. Adalah para ulama, insan-insan pilihan yang telah Allah karuniai ilmu dan hikmah, yang memikul amanah mulia ini. Rasulullah ﷺ bersabda, “Ulama adalah pewaris para Nabi,” sebuah tegasan yang menempatkan mereka pada kedudukan yang sangat agung, sebagai penerus risalah kenabian dalam membimbing umat.
Sebagai pewaris para Nabi, peran ulama tak ubahnya karunia tak ternilai bagi umat. Mereka adalah pembimbing setia, penjaga tegaknya syariat Allah, dan pelindung akidah dari jurang kesesatan. Keberadaan mereka di tengah-tengah kita bagaikan mata air jernih di padang pasir kehidupan, sumber ilmu yang menuntun pada kebaikan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, ketaatan dan penghormatan kepada mereka, dalam koridor syariat, adalah sebuah keniscayaan untuk menjaga kemurnian ajaran Islam.
Menjaga kehormatan ulama bukan sekadar adab semata, melainkan wujud nyata pembelaan terhadap agama itu sendiri. Setiap lisan yang merendahkan, setiap tuduhan yang mencela, sejatinya tengah merobohkan benteng kepercayaan umat terhadap tuntunan syariat. Para cendekiawan Muslim terdahulu telah mengingatkan bahwa menggunjing ulama dapat melahirkan mudarat yang besar bagi Islam, sebab ia mengikis keyakinan umat, menjauhkan mereka dari fatwa kebenaran, dan pada akhirnya, melepaskan ikatan mereka dari agama.
Bayangkanlah, jika kepercayaan kepada para ulama pudar, kepada siapakah umat akan berpaling mencari petunjuk di kala kebimbangan melanda? Tanpa bimbingan yang shahih, kekacauan pemahaman dan kekosongan spiritual akan merajalela. Sejarah dan pengalaman mengajarkan bahwa merendahkan ulama bukan hanya merusak reputasi pribadi mereka, tetapi juga berpotensi mematikan hati, merenggut keberkahan ilmu, dan menjauhkan seseorang dari hidayah Allah. Musuh-musuh Islam pun kerap memanfaatkan celah ini, mencoba meruntuhkan wibawa Islam dengan menggugat otoritas ulama.
Sungguh, Allah SWT telah memberikan peringatan keras bagi mereka yang menentang jalan kebenaran dan memusuhi hamba-hamba pilihan-Nya. Firman-Nya dalam QS An-Nisa ayat 115 dan sabda Rasulullah ﷺ tentang Allah yang menyatakan perang terhadap siapa saja yang memusuhi kekasih-Nya, adalah pengingat betapa besar murka Ilahi bagi tindakan semacam itu. Lebih jauh, Rasulullah ﷺ juga menubuatkan bahwa hilangnya ilmu akan terjadi seiring dengan wafatnya para ulama, meninggalkan umat dalam kegelapan, dipimpin oleh orang-orang bodoh yang berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka tersesat dan menyesatkan.
Maka, sebagai hamba Allah yang beriman, menjaga kehormatan ulama, memuliakan, dan mentaati mereka dalam hal kebenaran adalah sebuah kebutuhan fundamental bagi individu maupun masyarakat. Inilah bukti kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana perintah dalam QS An-Nisa ayat 59 untuk taat kepada Allah, Rasul, dan Ulil Amri (termasuk ulama yang benar). Dengan berpegang teguh pada bimbingan mereka, kita menjaga obor hidayah tetap menyala terang, menyelamatkan diri dari kebingungan, dan mewujudkan kehidupan yang diridhai Allah SWT.
