RuangSujud.com – Dalam setiap hembusan napas dan detak jantung, jiwa manusia senantiasa merindukan kedamaian yang hakiki, ketenangan yang abadi. Di tengah hiruk pikuk dunia dan ujian kehidupan yang silih berganti, hati seringkali merasa gelisah, mencari pelabuhan untuk berlabuh. Sesungguhnya, Allah SWT telah menganugerahkan sebuah sarana yang tak ternilai harganya, sebuah pelipur lara yang ampuh, yang mampu menenangkan segala kekalutan dan menghidupkan kembali sanubari yang layu: yaitu zikir, mengingat-Nya dalam setiap kesempatan.
Zikir bukanlah sekadar rangkaian kata yang terucap di lisan, melainkan sebuah jembatan hati menuju Hadirat Ilahi. Tanpa zikir, jiwa seorang mukmin akan terasa kering, rapuh, dan mudah menyerah kala badai cobaan menerpa. Allah SWT telah mengingatkan kita dalam firman-Nya, “Dan, barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya di hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha [20]: 124). Ayat ini menjadi pengingat betapa vitalnya mengingat Sang Pencipta agar hidup kita dipenuhi kelapangan, bukan kesempitan jiwa.
Sebagai penyejuk kalbu, zikir adalah manifestasi penyerahan diri, kepercayaan penuh, dan ketergantungan mutlak kepada Allah. Ia adalah ikrar bahwa kita kembali kepada-Nya, berbaik sangka atas segala takdir-Nya, dan menanti jalan keluar dari setiap kesulitan hanya dari-Nya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mustafa Syaikh Ibrahim Haqqi dalam bukunya, melalui zikir, kita merasakan kedekatan Allah, yakin bahwa Dia Maha Mendengar saat kita memanggil, dan Dia Maha Memperkenankan setiap permohonan tulus dari hamba-Nya.
Mereka yang senantiasa membasahi lisannya dengan zikir, yang hatinya terpaut pada Sang Khaliq, seringkali dianugerahi kemuliaan dan perlindungan istimewa (karomah) dari Allah SWT. Karomah ini bukanlah tujuan dari zikir itu sendiri, melainkan sebuah hadiah dari cinta Allah kepada hamba-Nya yang tulus. Kisah Abu Muslim Al-Khaulani menjadi teladan nyata; di saat diuji dengan kobaran api, lisannya tak henti melantunkan “Hasbunallah wani’mal wakil” (Cukuplah Allah bagiku sebagai penolong, dan Dia adalah sebaik-baik pelindung). Dengan kuasa Allah, api itu menjadi dingin dan menyelamatkannya, sebuah bukti nyata akan perlindungan Ilahi bagi ahli zikir yang ikhlas.
Sesungguhnya, zikir mengandung hikmah yang jauh melampaui sekadar mencari karomah. Ia adalah perjalanan mengenal hakikat diri, memahami tingkatan-tingkatan spiritual, dan menyelami kondisi para ahli zikir terdahulu. Ilmu tentang zikir juga mencakup pelindungan diri yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis, serta beragam manfaatnya dalam meniti kehidupan. Pemahaman yang mendalam tentang zikir akan membimbing kita menuju penguatan akidah dan keteguhan iman.
Oleh karena itu, marilah kita jadikan zikir sebagai napas kehidupan spiritual kita. Dengan mengingat Allah, hati kita akan dipenuhi keyakinan yang mantap bahwa hanya Dia Yang Maha Kuasa, tempat segala permohonan tertuju, dan pemilik segala yang ada. Semoga kita semua diberi kemudahan untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui zikir, meraih ketenangan jiwa, dan kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat.
